sudah 5 tahun, dan belum lamaran. HAHAHA kok tsurhat gini 😛
alhamdulillah 5 tahun tanpa tragedi drama berlebihan, everything going so smooth slow but sure 🙂
beberapa teman pastinya menanyakan rencana ‘kapan?’ yang sudah saya bahas disini.
beberapa yang lain kadang kepo dan menanyakan, gimana:
- caranya bisa awet?
- rasanya pacaran lama?
- udah ngapain aja?
eh yaampun yang terakhir beneran sampai ada yang segitu keponya lho~
so berbekal pertanyaan kepo itu, saya iseng mengulasnya disini.
satu satu yaa~ 🙂
1. Gimana resepnya/caranya kok bisa awet 5 tahun? (and insyaAllah still goes on and on and on, till death do us part)
don’t you think that it is easy, karena aslinya gak ‘gampang’ kaya apa yg dibilang, butuh 19 tahun bagi saya untuk menemukan orang yang benar benar menerima saya begini adanya. not as beautiful as a princess, plus size, and the lists goes… 🙂
perjalanan saya sampai bisa jadi sama si mas juga menurut saya unik, ala FTV gitu.. dari yang mulai hanya saya yang bertepuk sebelah tangan, saya menyerah, saya mundur teratur, sampai kok tiba-tiba si mas yang ngejar saya? bagi saya, it’s a miracle 😀
tentunya setelah ‘jadian’, saya merasa harus menjaga hubungan ini, karena… saya begitu menyukai dan begitu bersyukur. tapi, kalau saya thok yang berjuang, namanya bukan sebuah tim, dong.
ternyata, lambat laun saya baru tau, yang bersyukur bukan hanya saya; si mas juga bersyukur bisa sama saya. hal saling bersyukur ini yang akhirnya membuat kami bisa bahu membahu menjaga.
selanjutnya, mungkin menurut kami adalah, not too much fake damn sweet relationship lovey dovey lope-lope di udara. maksudnya?
adalah merupakan hal yang sangat wajar dan lumrah apabila di awal-awal hubungan, rasa sweet itu selalu ada. walaupun sulit, tapi kita harus tahu batasan dan bisa ngerem emosi berlebihan itu.
awal-awal pacaran, si mas juga sweet sekali kok. bunga, ajakan jalan, ajakan nemanin makan, nonton, diperhatikan, itu jelas saya rasa.
saya maklum, mungkin karena saya pacar pertama (dan insyaAllah terakhir)nya dia. saya biarkan dia berkreasi sejauh apa sweet things itu terjadi. saya yang sebelumnya sudah pernah pacaran lebih dari 6 bulan, paham hal ini lumrah terjadi. but after the first 2 months or so, it disappear quickly.
pelan-pelan saya jelaskan ke dia, saya rem untuk sweet things lainnya. saya ceritakan, bahwa saya masih ingin diistimewakan untuk nanti-nanti dan besok lagi, jangan dihabiskan di 3 bulan didepan dulu. glad to say, he knows it well.
ketika beberapa pasangan kami lihat, too sweet sekali, kami menemukan fakta bahwa akhirnya mereka terpaksa harus garing dan bosan. kami tidak ingin seperti itu.
lagi, setelah percaya dan jaga sikap, menurut saya keterbukaan itu penting adanya. bukan untuk mengesampingkan komunikasi, tapi menurut saya komunikasi itu caranya, tujuan utamanya ya keterbukaan.
gak perlu sampai cerita apapun sama pasangan, toh baru jadian dan kalian gak tau gimana sifat pasangan aslinya. gak mau dong, (amit-amit) putus dan rahasia disebarkan semua?
kami sama-sama tidak drama dan main kode-kodean ketika lagi bareng. at first, ya… karena sifat alamiah kita untuk self-defense and jaim.
kalau misal saya marah karena ada hal yang gak saya sukai, saya menjelaskan ke si mas. hal apa yang gak saya sukai, penyebabnya kenapa, jalan keluarnya gimana, dan lain lain.
jadi, gak ada cerita saya ngambek dan si mas berusaha merayu saya untuk mau ceria lagi dengan coklat/bunga. kalaupun dia datang ke kos bawa coklat atau bunga, ya pelengkap saja. but I tell him about the problems, dan kami diskusi untuk menemukan titik temu plus penyelesaian masalahnya.
masalah awal mungkin, perbedaan karakter. perlu beberapa kali ngobrol untuk itu, sampai akhirnya hafal karakter. masalah selanjutnya, biasanya tentang keluarga, teman, kerjaan, dan lain lain, apart from ourselves.
oh ya, cara kami menyikapi amarah juga kami diskusikan di awal.
saya tipe yang kalau lagi marah minta tolong ditinggalkan 10 menit dulu, baru habis itu saya akan cerita semua.
si mas tipe yang kebalikannya, kalau lagi marah minta dideketin dan diinterview.
hal ini mempermudah saat proses rekonsiliasi masalah, lho 🙂
be yourself sounds really cheesy and easy to say. tapi implementasinya dalam suatu hubungan, biasanya susah, lho 🙂
ketika sudah paham karakter masing-masing, tetaplah berusaha jadi dirimu (versi baik); he/she has no right to control over your character. jangan sesekali memaksa pasangan untuk berubah sesuai your dream partner, apalagi secara tidak langsung ‘mencetak’ pasangan sesuai kemauanmu. percaya bahwa gak ada yang sesempurna kamu mau, dan perbedaan itu indah karena bisa melengkapi 🙂
tetap konyol, bawel, cerewet, rese, gak mau kalah dalam opini, itu masih saya miliki.
tetap manja, ngeyel, gak mau diatur, itu masih dimiliki si mas.
yasudah, sikapi dengan bijak aja. toh sama dia juga yang kalian pengen habiskan masa tua-nya, ye kan? 🙂
hargai perbedaan, selain perbedaan sifat, pastinya akan menemui perbedaan yang lain juga seiring berjalannya hubungan. hobi, maklumi saja, tetap kontrol juga pastinya.
si mas masih hobi modifikasi, kok. lelah saya larang-larang, toh tetap dibeli dan dilakoni. akhirnya saya sadar, peran saya bukan untuk melarang, tapi mengontrol 🙂
saya biasa di rumah selalu ‘put everything in the right place’, dan dengan keanehan sifat perfeksionis yang saya miliki, awalnya dicap rewel oleh si mas, sekarang dia malah betah kalau saya bawel-in karena kamarnya gak pernah beres.
hidup orang lain itu selalu berbeda, jangan di-kotak-kotak-in sesuai kemauan kalian.
2. Gimana sih rasanya pacaran 5 tahun?
ya rasanya biasa aja sih~ gimana yaa…
bosan? been there done that 😀 sudah paham rasanya bosan ketemu dia lagi, dengan sifatnya lagi, tapi jangan diteruskan ya bosan-nya 🙂
menurut lagunya mas Tulus – Ruang Sendiri, ketika bosan melanda, mulai menjauh deh.
do everything by your own, kemana-mana sendiri, nikmatin aja masa-masa me time.
call friend, go somewhere, sampai akhirnya merasa yang benar-benar namanya kangen.
tapi hal ini juga harus diobrolin sebelumnya ya, jangan tau-tau ngilang gak ada kabarnya 3 hari karena bosan. sekali lagi, terbuka aja kalau emang lagi pengen gak ditemani, pengen sendiri, pengen gak diganggu saat weekend, atau apapun.
pertanyaan kenapa? marah ya? bosan ya? dan lain lain pasti akan muncul, tugasmu adalah menjelaskan dengan sangat smooth, bahwa kamu butuh ‘me time’, entah itu karena lagi mengerjakan sesuatu, melakukan hobimu, atau bersama teman dan keluarga.
dulu, teman-teman saya sampai menjauh karena saya dianggap gak bisa lepas dari si mas. sekarang, si mas bisa bersikap sebodo amat kalau saya mau jalan sama teman-teman. yang penting, dia tahu saya jalan sama teman yang mana, kemana, sampai kapan. during saya melakukan ‘me time’, apakah dia menganggu? not at all 🙂 tapi menuju ke proses itu, butuh ‘pelatihan’ sekian lama, sampai akhirnya bisa ke tahap ini. yang sabar yaaa ….. 🙂
percaya deh, setelah melalui proses khatam bosan, kalian jadi makin menghargai satu sama lain.
3. Gimana 5 tahun? Udah ngapain aja?
yee dikata saya apaan~
kalau maksudnya ke arah negatif, saya no comment ya. it’s privacy and no one have rights to know about it, terserah mau dianggapnya gimana 🙂
tapi kalau ke arah positif, alhamdulillah perencanaan masa depan kami semakin matang.
saya bisa bilang kegiatan ketemu pacar ini cukup berkualitas. sepanjang 5 tahun ini, berapa kali kami nonton di bioskop hanya berdua? bisa dihitung pakai 1 tangan (no more than 5 times). lha? iya kami malas menghabiskan uang untuk nonton, mending untuk nyoba makanan atau tempat makan baru. (pantes perubahan fisiknya jelas terlihat) 😛
terus, kalian ngapain aja kalau ketemu?
jaman-jaman kuliah, ketemu ya saat kuliah di kampus aja, kalaupun mau jalan, paling sih makan bareng. (makan lagiii :P)
ketika proses menuju lulus, banyak agenda. dari mulai nemenin dia bayar listrik, PAM, bayar angsuran-angsuran, nemenin benerin pipa air di rumah, jadi tukang listrik untuk pasang ini itu, bebersih, sudah khatam kami lakukan.
so, beberapa teman bertanya-tanya. kenapa saya sering ke rumah si mas? frankly speaking, saat saya masih ngekos itu, saya sering memanfaatkan main ke rumah pacar untuk dapat makan gratis. yes.
kok gak malu? what for? manusiawi kan? kadang juga saya bantu masak atau malah saya masak sendiri di rumahnya, his family is so open-minded.
pas udah sama-sama kerja, agenda ketemuan kita berkurang intensitasnya. ternnyata kerja itu melelahkan walau yang terlihat hanya duduk dari jam 8 pagi sampai jam 4 sore.
sekarang, sekalinya ketemuan kita langsung keluar. entah makan di luar, bantu cari barang yang dibutuhkan, belanja bulanan, dan lain-lain.
kami sama sekali gak merasa dirugikan atas hubungan ini, banyak manfaatnya untuk kami dan keluarga masing-masing; keluarga saya yang sering butuh tenaga laki-laki, maupun keluarganya yang sepi dari anak perempuan.
so, yeah.. kurang lebihnya lima tahun kami seperti itu lah perjalanannya.
ups and downs, tantangan lebih berat sudah menanti di depan mata.
untuk kalian yang masih tahap awal, tetap semangat ya! feel free to contact me if you wanna know more! 🙂 xoxo
3 thoughts on “a lustrum”