Hai! postingan ini sudah pindah ke: https://annpoet.com/wedding-preparation-1/
(usap-usap bebersih site yang isinya sarang laba-laba)
*ehem*
jadi ceritanya, ke inactive an saya kemarin selama lebih dari 2 bulan, dikarenakan saya sedang:
kekurangan ide menulis
konsen kerja
persiapan wedding! (oke, 2 poin di atas adalah murni alasan belaka)
dan saya sekarang kembali lagi menghadirkan topik tentang apa sih sebenarnya hal yang saya lakukan di kurang lebih 5-6 bulan belakangan.
postingan ini saya tujukan untuk yang mungkin sedang berpikir untuk mulai mempersiapkan hari bahagianya, atau untuk kenangan saya pribadi aja! namanya juga jurnal hidup, suka-suka yang nulis, kan? 😛
well, sebagaimana yang saya ceritakan di postingan sebelumnya, saya telah melangsungkan acara lamaran/pertunangan/khitbah/(insert other word stated engagement of two persons) di awal Juli 2017.
nah, saya kemas dalam beberapa part posting ya, untuk persiapan pernikahan ini
What to do before decided to marry?
Five to six months before the day
Three to four months before the day
One to two months before the day
Less then a months (countdown begins)
now as the first part,
What to do before decided to marry?
baru kemarin (05/01) saya baca-baca instagram update dari dua influencer muda yang juga memutuskan untuk menikah di usia early 20’s (23-25tahun). mereka mengungkapkan inti dari kesiapan menikah di early 20’s ada dua hal: kesiapan mental dan kesiapan finansial.
saya meng-iya-kan apa yang mereka kemukakan, walaupun menurut saya pribadi, tolak ukur kesiapan setiap individu pasti berbeda, dan perlu adanya kesadaran mengenai tolak ukur itu, untuk diri sendiri. atuh maksudna teh kumaha? ieu belibet banget. sini, saya ceritakan..
Kesiapan finansial. gak bisa dipungkiri, hal ini krusial kok memang. jadi, berapapun umurmu sekarang, selagi kamu punya uang melebihi jatah/kebutuhan bulananmu, tabung dan investasi. kalau kamu seperti saya, merasa menabung adalah bukan hal yang mudah (karena tergoda ATM/debit card/sale/cafe&resto baru), mungkin investasi bisa kamu jadikan opsi. gak usah yang ribet, belanjakan aja uang ekstramu dalam bentuk emas perhiasan/emas kepingan. wanita biasanya lebih pilih emas perhiasan karena bisa dipakai sehari-hari; yet make sure ya tetap hati-hati dalam memakai perhiasan ;). kelebihan emas kepingan sih karena harganya lebih stabil, tapi tetap lagi-lagi hati-hati saat menyimpan investasimu! other option kalau kamu lebih mau unik dan ribet, investasi dalam bentuk memelihara/ternak hewan. eits, ngakak boleh, tapi coba pikirkan berapa harga sapi sehat layak qurban setiap menjelang idul adha? lumayan banget buat bayar MUA wedding, lho!
anyway, kesiapan finansial buat saya adalah memiliki penghasilan melebihi kebutuhan normal per bulannya, dan penghasilan tersebut tetap. lebih alhamdulillah wa syukurillah kalau memang kamu sudah punya tabungan untuk pernikahan dan kehidupan awal pernikahanmu kelak.
Kesiapan mental. ini akan mencakup banyaaak sekali hal. intinya adalah, bayangkan kamu akan tinggal seumur hidup bersama seseorang yang berbeda banyaaaaakkkk banget sama kamu. beda asal, beda ajaran keluarga, beda lingkungan, beda backgroundnya, beda style dalam semua hal, beda pandangan, beda budaya, daaan semuanya. jangan ngaku sudah pacaran bertahun tahun lamanya lantas sudah kenal luar dalam, karena rasanya tetap akan berbeda dengan tinggal seumur hidup. tapi ya gak usah jadi takut juga, kalau kita benar-benar sudah kenal dan terbiasa hidup 100% juga aneh, bosan. lha terus gimana? buat saya, kuncinya ada di ego.
5 tahun lebih pacaran, selain mengenal pasangan, saya juga belajar untuk mengendalikan ego. meredam emosi. meminimalisir drama. belajar untuk menyelesaikan masalah bersama dengan cara yang bisa diterima dua belah pihak. belajar untuk bisa lebih legowo, karena gak selamanya semua hal bisa berjalan seperti apa yang kita prediksikan/inginkan. belajar untuk selalu berpikir positif, ketika lingkungan mendorong kita untuk berpikir negatif. belajar untuk lebih wise, lebih dewasa. saat belajar sendirian terasa lebih sulit, ajaklah partner/pasangan juga untuk belajar bersama. ini sih yang penting. dan proses ini belum selesai di 5 tahun lebih pacaran, tapi akan terus berjalan seiring waktu.
banyak juga yang bilang kalau menikah itu tidak hanya dua insan manusia, tetapi juga dua keluarga. yap, benar sekali! tapi insyaAllah kalau mentalnya sudah siap, membaur dengan keluarga pasangan atau menyatukan dua kubu keluarga bisa lebih terarah.
dan yang terakhir, sebagaimana yang saya bilang di beberapa paragraf di atas tadi, perkara tolak ukur kesiapan.
saya pernah ditegur oleh mantan bos, ketika beliau mengetahui sudah 5 tahun lebih saya berpacaran dan (kala itu) belum ada tanda-tanda akan melanjutkan ke jenjang pernikahan. kira-kira begini dia berkata dulu, “kamu kenapa kok belum mau menikah? belum siap? perkara kesiapan, siapa sih yang bisa tahu orang ini sudah siap atau belum? bahkan, kamu sendiri saja mungkin gak tahu kapan kamu siap? apa indikatornya kalau kamu sudah siap?“
dulu, dalam hati saya jawab, saya belum ada gaji tetap dan tabungan yang memadai. tapi dalam ucap saya tanyakan baik-baik ke beliau, penjelasan lebih lanjut tentang kesiapan yang beliau maksud.
“saya dulu seperti kamu, pacaran lama tapi tak kunjung menikah. saya sudah 33 tahun, istri juga 27 tahun. saya dikasih ultimatum oleh calon mertua dulu, untuk segera menikahi anaknya. di rumah, saya berpikir, apa yang saya ragukan? apa yang saya tunggu? kesiapan? lantas kapan siapnya? kapan saya tahu kalau saya ini siap, jika saya tidak pernah mencoba? patokan saya siap itu apa? seketika saya merasa ini momen yang pas, karena kesiapan sejatinya datang ketika kita akhirnya memulai.“
sesungguhnya pak, saya ada di antara setuju dan bingung dengan pernyataan bapak.
mungkin gini ya, indikator kesiapan atau tingkat siap setiap orang itu berbeda, dan kita gak punya hak menjeneralisir kesiapan orang lain. kita gak boleh ngeliat orang lain yang menurut kita sudah siap menikah, lantas berkata kepadanya, sana merit lu! udah siap kan?, karena kesiapan orang berbeda.
atau ketika kita ada di pihak yang menurut orang lain, kita sudah siap, tapi enggan memulai. mungkin, kita memang gak paham, kapan sebenarnya kita siap. mungkin kita memang harus mencoba melangkah, agar kita tahu kesiapan kita sendiri.
Coming up next..
Five to six months before the day!
2 thoughts on “Wedding Preparation (Part 1): Mind Preparation”